-->

Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Tempat Wisata Unik Palembang punya, dijamin gak ada matinya

Indonesia dianugerahi keragaman kebiasaan yang menarik. Tak melulu itu, keindahan alamnya yang merata di masing-masing provinsinya. Tak kalah dengan Bali dan Lombok, ada barisan wisata Palembang yang sayang andai dilewatkan begitu saja. Kota ini tak melulu punya pempek yang menjadi andalan, wisata menyeluruh dari alam, waterpark, sampai kuliner pun merupakan pesona dari Palembang.

Kekayaan ragam kebiasaan dan wisata di kota ini lah yang menciptakan Palembang menjadi salah satu tempat digelarnya Pesta Olah Raga terbesar di ASIA, yakni ASIAN GAMES 2018.

Kali ini kami akan membagikan tempat Wisata unik yang ada dipalembang.

Tempat Wisata Unik Palembang punya, dijamin gak ada matinya

1. Jembatan Ampera

Jembatan Ampera merupakan jembatan penghubung antara seberang Ilir dan ulu kota Palembang. Jembatan Ampera cukup dikenal oleh masyarakat luas sebagai ikonnya kota Palembang.


Jembatan Ampera dibangun pada tahun 1962 dan masih berdiri kokoh hingga saat ini. Selain karena sejarahnya panjang, jembatan yang sath ini juga memiliki konstruksi yang menarik hingga jarang sekali dapat ditemui.


Buat anda yang mampir ke Palembang pastikan pastikan Anda mengabadikan momen-momen di dekat jembatan yang satu ini.

2. Masjid Agung Palembang


Merupakan sebuah masjid besar yang berdiri ditengah kota Palembang. Masjid ini didirikan pertama kali pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama.


Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan ASEAN . Terletak di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang telah lama didiami.

Masjid ini arsitekturnya dipengaruhi oleh 3 negara yakni Indonesia, China dan Eropa . Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng .

Masjid ini dahulu sempat menjadi masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada saat ini adalah hasil renovasi yang dilakukan pada tahun 2000 dan selesai tahun 2003. Peresmiannya sendiri dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri selaku Presiden Indonesia saat itu.

3. Benteng Kuto Besak

Kuto Besak adalah bangunan keraton yang pada abad XVIII menjadi pusat Kesultanan Palembang. Gagasan mendirikan Benteng Kuto Besak diprakarsai oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758 dan pelaksanaan pembangunannya diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin II yang memerintah pada tahun 1776-1803.


Sultan Mahmud Bahauddin II ini adalah seorang tokoh kesultanan Palembang Darussalam yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional, serta seorang agamawan yang menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara.

Menandai perannya sebagai sultan, ia pindah dari Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Belanda menyebut Kuto Besak sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.

Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 dengan arsitek yang tidak diketahui dengan pasti dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan dipercayakan pada seorang Tionghoa.

Semen perekat bata menggunakan batu kapur yang ada di daerah pedalaman Sungai Ogan ditambah dengan putih telur. Waktu yang dipergunakan untuk membangun Kuto Besak ini kurang lebih 17 tahun. Keraton ini ditempati secara resmi pada hari Senin pada tanggal 21 Februari 1797.

Berbeda dengan letak keraton lama yang berlokasi di daerah pedalaman, keraton baru berdiri di posisi yang sangat terbuka, strategis, dan sekaligus sangat indah. Posisinya menghadap ke Sungai Musi.

Pada masa itu, Kota Palembang masih dikelilingi oleh anak-anak sungai yang membelah wilayah kota menjadi pulau-pulau. Kuto Besak pun seolah berdiri di atas pulau karena dibatasi oleh Sungai Sekanak di bagian barat, Sungai Tengkuruk di bagian timur, dan Sungai Kapuran di bagian utara.

Benteng Kuto Besak saat ini ditempati oleh Komando Daerah Militer (Kodam) Sriwijaya. Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Plaza Benteng Kuto Besak diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Musi dan bangunan-bangunan bersejarah.

Jika dilihat dari daerah Seberang Ulu atau Jembatan Ampera, pemandangan yang tampak adalah pelataran luas dengan latar belakang deretan pohon palem di halaman Benteng Kuto Besak, dan menara air di Kantor Wali Kota Palembang.

Di kala malam hari, suasana akan terasa lebih dramatis. Cahaya dari deretan lampu-lampu taman menciptakan refleksi warna kuning pada permukaan sungai.

Pemkot Palembang memiliki sejumlah rencana pengembangan untuk mendukung Plaza Benteng Kuto Besak sebagai objek wisata.

4. Monumen Penderitaan Rakyat (MONPERA)

Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri. Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat. Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang selama 5 hari 5 malam dan menghancurkan sebagian kota ini.

Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan. Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen.

Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).


Bentuk Monpera menyerupai bunga melati bermahkota lima. Melati menyimbolkan kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi manggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan. Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah 9, yaitu 3 di sisi kiri, 3 di sisi kanan, dan 3 di sisi bagian belakang.

Angka 9 tersebut mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah “Batang Hari Sembilan”. Sementara tinggi bangunan Monpera mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/jalur. Angka-angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Selengkapnya bisa cek disini Monpera Saksi Bisu Sebuah Sejarah

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter