Palembang - JelajahSumatera.com. Kali ini Tim JelajahSumatera.com akan membagikan sebuah kisah penjelajahan kami, yakni mengitari Monumen Penderitaan Rakyat atau lebih dikenal masyarakat dengan nama Monpera.
Sumber: https://www.1001wisata.com
|
Lokasinya yang berada di pusat kota membuat Monumen yang satu ini amat mudah untuk dijangkau.
Buat kalian yang mampir di Kota Palembang jangan lupa sempatkan waktunya untuk berkunjung ketempat yang satu ini.
Kawasan sekitar Monpera saat ini sudah dibuka bebas untuk umum hingga kamu dapat dengan bebas mampir untuk sekedar berteduh sembari menunggu angkot atau Transmusi.
Monumen Monpera juga berdekatan dengan dua destinasi wisata terkenal lain yang ada di Palembang.
Kalau kalian mendengar nama palembang yang kalian pasti ingat keberadaan Jembatan Ampera dan Masjid Agung Palembang.
Kunjungan kamu ke Kedua tempat tersebut dapat kamu lengkapi dengan berkunjung ke Monpera.
Lokasinya memang sangat berdekatan. Pengunjung juga dapat dengan bebas keluar masuk kawasan sekitar karena memang tidak dikenakan karcis masuk.
Sejarah
Berkunjung kesebuah monumen belum lengkap rasanya bila belum mencari tau sejarahnya.
Sebagai sebuah Monumen, Monpera tentunya merupan sebuah saksi sejarah dimasa lalu.
Agar suatu peristiwa tersebut selali dikenang maka dibangunkan sebuah monumen untuk menandai peristiwa tersebut.
Sumber: https://www.indonesiakaya.com
Pembangunan Monpera ini berawal dari sebuah peristiwa pasca proklamasi kemerdekaan RI. Dimana berbagai wilayah di nusantara masih mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II.
Peristiwa agreri militer Belanda ini juga terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar garis demarkasi dan menyulut pertempuran.
Karena terdesak perlawanan pejuang nasionalis, mereka meminta bantuan, yang pada akhirnya membuat para pejuang nasionalis tersudut.
Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri. Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat.
Pertempuran itu amat besar dan terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang. Lamanya pertempuran juga cukup panjang yakni kurang lebih selama 5 hari 5 malam hingga menyebabkan hancurnya sebagian kota Palembang.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan.
Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen. Pembangunan monumen baru selesai di tahun 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).
Bentuk Monpera sendiri menyerupai bunga melati bermahkota lima. Bentuk Melati ini sendiri menyimbolkan kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi menggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan.
Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah 9, yaitu 3 di sisi kiri, 3 di sisi kanan, dan 3 di sisi bagian belakang. Angka 9 tersebut mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah “Batang Hari Sembilan”.
Sementara tinggi bangunan Monpera mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/ jalur. Angka-angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Monpera juga dilengkapi dengan berbagai bangunan lain yang ada di sekitarnya, seperti pintu gerbang utama yang dibuat dengan menggunakan 6 cagak beton. Angka tersebut melambangkan 6 daerah perjuangan rakyat Sumatera Selatan. Melewati gerbang utama, pengunjung akan menemukan gading gajah yang terbuat dari coran semen dan pasir.
Gading tersebut melambangkan perjuangan rakyat Sumatera Selatan bak gajah mati meninggalkan gading. Pada gading gajah tertulis prasasti dan angka tahun diresmikannya Monpera.
Sumber: https://www.indonesiakaya.com
Pada posisi yang simetris dengan prasasti gading gajah, terdapat dada membusung garuda pancasila yang ada pada dinding bangunan utama Monpera.
Sementara pada bagian yang lain terdapat dua relief, relief pertama menggambarkan kondisi masyarakat saat pra kemerdekaan, sedangkan relief yang lain menggambarkan peristiwa perang 5 hari 5 malam.
Masuk ke dalam bangunan utama Monpera, pengunjung akan menemukan bermacam-macam jenis koleksi sejarah yang berhubungan dengan pengorbanan masyarakat Sumatera Selatan dalam menghadapi agresi militer Belanda II.
Sumber: https://www.indonesiakaya.com
Koleksi yang demikian antara lain berupa foto dokumentasi, baju yang pernah dipakai para pejuang, senjata, buku, sampai mata uang yang pernah berlaku di NKRI.
Bangunan Monpera yang penuh akan simbol-simbol sejarah sebagai upaya mengingat kembali pengorbanan para pahlawan yang sudah gugur demi mempertahankan kemerdekaannya.
Sehingga monumen tak cuma menjadi sekedar bangunan sakral yang menandakan/membuktikan kejayaan masa lalu belaka, tapi melainkan lebih dari itu, monumen dapat menjadi wadah untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur pengorbanan nasionalisme bangsa Indonesia.