-->

Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Pesona Jembatan Ampera

Sumber: Google image to http://assets.kompas.com/data/photo/2017/03/13/2123468musiii780x390.jpg

Palembang - JelajahSumatera.com. Bagi Anda yang berkunjung ke Kota Palembang belum komplit rasanya apabila sekiranya belum mampir dan merasakan pesona jembatan Ampera.

Jembatan Ampera ialah sebuah jembatan yang mengaitkan tempat Seberang Ulu dan Seberang Ilir Kota Palembang yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

Jembatan sepanjang : 1.117 m (komponen tengah 71,90 m) mempunyai lebar : 22 m, tinggi : 11.5 m dari permukaan air dan tinggi menara : 63 m dari permukaan tanah. Jarak yang memisahkan kedua menara ialah yakni 75 m. Jembatan yang satu ini mempunyai berat sekitar 944 ton.
Sumber: Google image to http://kadek-elda.blogspot.co.id/2014/07/jembatan-amperan.html
Sejarah

Pembangunan Jembatan yang satu ini {bermula} dari sebuah {inspirasi|pandangan baru} menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, {semenjak} zaman Gemeente Palembang, tahun 1906.

Dikala jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, pandangan baru} ini kembali mencuat dan dijalankan banyak usaha untuk merealisasikannya. Tetapi, hingga masa jabatan Le Cocq usai, pun demikian malahan dikala Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tak pernah terealisasi.

Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan mengacu nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956.

Masukan ini sesungguhnya tergolong nekat karena anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan digunakan sebagai modal permulaan cuma sekitar Rp 30.000,00.

Pada tahun 1957, disusun panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Tempat Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indera Caya. Regu ini menjalankan pendekatan terhadap Bung Karno supaya mensupport agenda itu.

Usaha yang {dilaksanakan|dijalankan|dikerjakan} Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang ditunjang dan disupport penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui masukan pembangunan itu.

Sebab jembatan ini rencananya dibangun dengan masing- masing kakinya di wilayah 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di sentra kota, Bung Karno kemudian mengajukan persyaratan. Yakni, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu.

Kemudian dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan tarif pembangunannya sendiri sebesar USD 4.500.000 (kurs dikala itu, USD 1 = Rp 200,00).

Pembangunan jembatan ini diawali pada bulan April 1962, sesudah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soekarno. Tarif pembangunannya diambil dari dana rampasan perang Jepang. Bukan cuma tarif, jembatan inipun memakai Tenaga kepakaran dari negara yang bersangkutan.
Sumber: Google image to https://lemabang.files.wordpress.com/2011/08/ampera2.jpg

Pada mulanya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Berdasarkan sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama ini sebagai wujud penghargaan terhadap Presiden RI pertama itu.

Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan kemauan warga Palembang, untuk mempunyai sebuah jembatan di atas Sungai Musi.

Panorama dari menara (tower) Jembatan Ampera. Pengesahan jembatan dilaksanakan pada tahun 1965, sekalian mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada kala itu, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Asia tenggara.

Sesudah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, dikala gerakan anti-Soekarno amat kuat, nama jembatan itu malahan diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Sumber: Google image to http://sumselupdate.com/wp-content/uploads/2016/03/arus-lalu-lintas-di-atas-jembatan-ampera-20-660x330.jpg

Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Namun masukan ini tak memperoleh dukungan dari pemerintah dan beberapa masyarakat.

Selain sejarah pembangunannya yang panjang, jembatan ini juga mempunyai keistimewaan. Keistimewaannya adalah komponen tengahnya rupanya bisa diangkat untuk memperkenankan kapal berukuran besar dengan tinggi sampai sekitar 44 meter untuk melintasi bagian bawahnya. Tetapi sayangnya, membutuhkan waktu cukup lama yaitu, sekitar 30 menit untuk mengangkat komponen tengahnya. Walhasil semenjak tahun 1970 komponen tengah Jembatan Ampera tak pernah diangkat kembali sebab dianggap mengganggu lalu lintas karena lamanya proses pengangkatan.
Sumber: Google image to http://vancanon.blogspot.co.id/2010/12/sejarah-jembatan-ampera.html
Sumber: Google image to http://kosongbintang.blogspot.co.id/2012/10/jembatan-ampera-tempo-dulu.html

Mengingat jembatan ini dibangun tahun 1962, benar-benar wajar sekiranya ia tak lagi bisa difungsikan secara optimal. Seperti komponen tengahnya yang tak lagi dapat diangkat sehingga ukuran kapal yang bisa melintas menjadi terbatas hingga kapal setinggi 9 meter saja.

Walaupun secara funsional jembatan ini tidaklah sehebat dulu kala tetap saja tidak mengurangi pesona dari jembatan yang satu ini.

Sebab sejarahnya yang panjang, dan kehebatannya dimasa lalu, serta kokohnya berdiri sampai kini tidak heran jembatan yang satu ini dibuat sebagai ikon kota Palembang.

Beginilah gambaran yang bisa kita lihat saat-saat dimana komponen bagian tengah jembatan ampera diangkat.

Related Posts

2 comments

Post a Comment

Kami menunggu komentar dari kamu :)

Subscribe Our Newsletter