-->

Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Menelusuri Bukit Barisan: Edisi Pertama Top Of Dempo

Menelusuri Bukit Barisan Edisi Pertama: Top Off Dempo Pengalaman berharga digunung tercinta. Bukit barisan merupakan jajaran pengunungan yang membentang dari ujung-keujung pulau Sumatera. Kawasan pengunungan ini berkelok-kelok membentang luas sepanjang jalan lintas sumatera. Gunung Dempo merupakan salah satu gunung di jajaran pegunungan Bukit barisan. Gunung yang satu ini, terletak di Kota Pagaralam, salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan. Untuk tiba disana diperlukan waktu perjalanan darat yang lumayan panjang. Dari pusat kota Palembang, anda bisa langsung menuju terminal Karya Jaya kemudian menaiki bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) jurusan Palembang-Pagaralam. Jadwal keberangkatan bus ini cukup banyak 08.00-17.00 dalam hal ini kami menaiki bus Telaga Biru. Tiketnya lumayan murah tidak lebih dari 75 rb rupiah. Selama perjalanan Anda akan disuguhi pemandangan kota Palembang. Melewati salah satu jembatan paling ikonik di Indonesia. Buat Anda yang pernah ke palembang belum lengkap rasanya bila belum melintasi Jembatan Ampera. Tapi tunggu dulu, kali ini kami tidak akan membahas soal jembatan Ampera namun soal sebuah gunung yang merupakan puncak tertinggi di Sumatera Selatan. Gunung Api Dempo (GAD) demikian nama lengkapnya. Sesuai namanya, gunung yang satu ini memang merupakan sebuah gunung berapi. Satatusnya saat ini memang masih aktif. Maka sangat disarankan untuk berhati-hati saat akan kesana. Sebelum berangkat pastikan Anda mengikuti berita soal perkembangan status keaktifannya. Karena sangat sayang rasanya bila Anda sudah sampai di Kota Pagaralam namun ternyata gunungnya berstatus waspada. Kalau satatusnya seperti itu, ya jelas kawasan ini ditutup untuk umum. Karena masih aktif, gunung satu ini jelas berpotensi untuk meletus sewaktu-waktu. Untungnya terdapat pos pengawasan yang akan terus memantau status keaktifannya. Beruntung sewaktu kami kesana kawasan gunung yang satu ini masih terbuka. Jadi, tentu saja kami tidak menyia-nyiakan kesempatan yang berharga, untuk naik ke puncaknya. Pendakian gunung dempo pertama kali di mulai di tahun.... Saat ini kurang lebih ada beberapa titik awal pendakian. Diantaranya adalah melalui kampung 4 dan Tugu Rimau. Kami memulai perjalanan dari titik pendakian tugu Rimau. Jalur pada titik pendakian yang satu ini terkenal sulit untuk ditaklukan. Karena lebih curam dibanding titik pendakian yang melalui kampung empat. kami memilih melewati jalur ini karena jarak yang harus ditempuh relatif lebih dekat. Karena kami masih pemula jadi pas diawal-awal pendakian rasanya begitu berat. Karena tubuh kami yang jarang berolah raga dan belum terbiasa dengan atmosfir di pegunungan. Beberapa kru kami merasakan kram di betis hingga pada menit ke 20 kami sudah harus beristirahat. Setelah beristirahat kurang lebih selama 5 menit kami kembali melanjutkan perjalanan. Saat beristirahat kami mencoba untuk mengatur nafas sembari mendengarkan panduan dari pemandu kami yang sudah sangat berpengalaman. Beliau benar-benar mampu merangkul kembali semangat kami yang seakan luntur karena tidak menyangka kalau ternyata pendakian ini sangat berat. Untungnya kami membawa pemandu untuk turut serta menemani perjalanan kami. Kata beliau adalah wajar bagi kami yang pemula, apalagi jarang berolah raga merasakan kram di sekujur kaki. Apalagi tubuh kami memang masih perlu menyesuaikan dengan kondisi alam. Kami akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan setelah cukup beristirahat dan merasa sudah cukup terbiasa dengan atmosfer pegunungan. Setelah beristirahat, ternyata memang benar apa yang dikatakan oleh si pemandu. Tubuh kami mulai terbiasa dan akhirnya perjalanan lebih lancar. Kami melangkah secara perlahan-lahan satu dua langkah kemudian berhenti sejenak trus seperti itu sampai akhirnya kami mencapai shelter 1. Senang rasanya bisa tiba disana, terus terang kami merasa bahagia dan lelah rasanya terbayar sudah. Terlebih sesaat menjelang tiba disana hujan mulai membasahi tubuh kami. Euforia kami akhirnya berakhir sudah ketika Pemandu kami berkata bahwa perjalanan kami masih sangat panjang. Shelter 1 hanyalah awalan bagi medan terjal didepan. Kami belumlah mencapai setengah perjalanan, dan masih ada jalan terjal yang harus kami taklukkan. Karena mulai hujan, kami beristirahat sejenak sembari memasang jas hujan agar kami tidak kebasahan. Setelah beristirahat sebentar kami diharuskan melanjutkan perjalanan. Dan wahh, kami begitu terkejut melihat kenyataan bahwa kami harus mendongak keatas untuk melihat apa yang akan kami lalui. Kami pikir kami harus menyusurinya namun ternyata harus naik keatas. Medan yang harus kami lalui dari shelter 1. Membentuk sudut yang sepertinya melebihi 75 derajat. Seakan tidak percaya kami bisa melaluinya. Untuk melaluinya kami harus berjalan merayap di tanah yang lumayan licin dan berair karena hujan. Untungnya ada banyak akar-akar yang bisa menjadi tempat bagi kami untuk berpegangan. Setelah melalui semua itu akhirnya kami tiba di shelter 2. Lega rasanya bisa sampai shelter 2, ditengah rasa capek yang mendera. Kami putuskan untuk beristirahat sejenak, sembari menyantap perbekalan sederhana. Berupa roti minuman dan madu, sebagai penunjang stamina. Setelah rasa lelah sedikit berkurang kami mulai melanjutkan perjalanan terjal. Kami kembali dikejutkan dengan medan jalan yang harus kami hadapi. Dihadapan kami ada sebuah tanjakan batu curam yang nyaris 90 derarat. Sulit dipercaya kami mampu melaluinya dengan mudah. Hingga hari ini saya masih tak percaya, kalau pernah melalui itu semua. Melihat medannya saja, saya sempat ragu akan kemampuan saya. Namun, saya mencoba meyakinkan diri dan ternyata bisa melaluinya dengan mudah Tubuh saya terasa begitu ringan saat saya harus naik ke atas dengan berpegang pada seutas tali yang diameternya tak lebih dari 0,5 cm. Tali itu juga terlihat begitu rapuh termakan usia. Sebelum memulai pendakian si Pemandu memang sedikit menceritakan soal apa yang akan kami hadapi di perjalanan. Harus melalui tanjakan dan berpegangan pada seutas tali memang sudah terbayangkan. Namun, kami tak pernah mengira kalau talinya seperti itu rupanya. Beruntung tidak terjadi apa-apa. Tali tersebut terlihat kuat menahan beban kami semua. Hal yang paling dikhawatirkanpun bisa terlewati dengan mudah. Setelah melalui batu-batu terjal itu kami dihadapkan pada jalan yang berlumpur. Dihutan yang rupanya memiliki kemiripan dengan hutan dalam sebuah film Harry Poter. Kami menyebut hutan itu sebagai Hutan Harry Poter. Langit mulai sedikit gelap ketika kami tiba disana. Menyusuri jalanan yang becek nan licin cukup merepotkan. teman saya yang menngunakan sendal cukup kerepotan. Saya yang menggunakan sepatu juga kerepotan, karena sepatu saya yang berat mulai kemasukan air bercampur lumpu menjadi basah dan berat. Namun akhirnya kami tiba di puncak. "Top Off Dempo" demikianlah sebutan kami untuk tempat ini. Iya inilah puncak tertinggi di Sumatera Selatan, dan juga merupakan salah satu yang tertinggi di jajaran pegunungan Bukit Barisan. Tingginya lebih kurang 3159 MDPL (Meter dari Permukaan Laut). Kami tak memutuskan beristirahat sejenak, sembari merayakan euforia kami sambil mengambil beberapa gambar untuk diabadikan. Kami tak bisa berlama-lama disana, karena matahari mulai tenggelam dan kami harus segera menuju kepelataran dan mendirikan tenda untuk beristirahat. Setelah tiba di pelataran kami bergegas mendirikan tenda. Setelah tenda berdiri dengan segera kami mengganti pakaian yang kami kenakan tubuh kami mulai kedinginan karena baju yang kami kenakan basah dan lembab. Setelah ganti baju kami bergegas menyiapkan sarapan dan minuman hangat. Sembari menunggu sarapan siap kami menyantap minuman berupa susu cair untuk menambah stamina. Alhasil tubuh saya menjadi terasa segar kembali. Sejujurnya saya tidak begitu percaya dengan khasiat minuman berenergi, susu cair dan madu. Namun, setelah melalui perjalanan panjang nan melelahkan saya jadi tahu betapa minuman berenergi tersebut benar-benar berdampak cukup signifikan pada diri saya. Setelah sarapan kami putuskan untuk beristirahat dan bersenda gurau. Saat diatas sana kami berusaha menjaga omongan kami agar tidak kelewat batas. Kami tahu ini lingkungan asing bagi kami dan ada begitu banyak mahluk asing disekitar kami yang tidak bisa kami lihat. Kami mencoba menghormati setiap mahkluk yang menghuni alam dengan menjaga suara kami agar tidak terlalu berisik. Kamipun terlelap dalam obrolan kami hingga pagi. Tak peduli pada hujan diluar dan air yang sedikit menetes kedalam tenda kami. Tubuh kami begitu lelah hingga tertidur dengan lelapnya. Tak terasa subuh telah tiba. Kami semua terbangun dengan sendirinya. Tak banyak yang bisa kami lakukan didalam tenda yang sempit ini. Sementara diluar masih hujan. Perut mulai keroncongan tanda kami mulai kelaparan. Kami putuskan membuat minuman energen dan menyantap snack pengganjal lapar. Kembali kami bersenda gurau. tak terasa hujan berhenti kami memutuskan keluar dari tenda. Ternyata hari mulai siang dan matahari mulai tampak tinggi. Kami melewatkan momen terbitnya mentari. Sama halnya dengan momen terbenamnya mentari yang tanpa sadar terlewat begitu saja karena hujan dari kemarin. Sarapan pun siap dan kami segera menyantap menu sarapan pagi berupa mie instan bercampur nasi. Setelah sarapan pagi kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak merapi. Iya Gunung Dempo masih memiliki puncak yang lain. Puncak Merapi dempo adalah sebuah kawah berdiameter sekitar seratus meter persegi. Lerengnya terdiri dari kerikil dan batu yang cukup terjal. Kali ini saya terpaksa hanya mendaki dengan sweter dan kaus oblong. Jaket yang kemarin saya kenakan ternyata lembab dan harus dijemur hingga kering. Begitu juga dengan sepatu saya yang basah hingga harus dijemur sampai kering. Karena lumayan berat dan basah, tentunya saya akan kerepotan bila mengenakannya. Beruntung saya masih punya sendal outdoor yang saya bawa, cuaca sedikit hangat sehingga tak ada kendala berarti. Sebelum berangkat kami putuskan untuk berfoto-foto sejenak. Perjalanan kepuncak merapi ternyata cukup berat. Padahal puncaknya terlihat begitu dekat. Namun ternyata cukup jauh untuk ditempuh. Tanjangan berbatu coral nan curam harus kami lalui. Kami harus berjalan merayap keatas menggunakan kaki dan tangan untuk berpegang pada batu. Sejujurnya saya takut terpeleset dan jatuh. Untungnya tidak terjadi apa-apa dengan kami. Pelahan namun pasti, kami akhirnya tiba di puncak merapi dan wahhh. Kami langsung disuguhi pemandangan menakjubkan. Angin lumayan kencang diatas sini. Kawah merapi berwana hijau terlihat begitu dekat. Sempat terbesit sebuah ide untuk menuruni kawah dan mendekati danau ditengah sana. Namun, seperti itu hanyalah angan belaka. Dinding kawah cukup terjal hingga tak mungkin dituruni tanpa peralatan yang memadai. Cukup banyak pendaki yang menjadi korban meninggal dunia, karena mencoba turun kedalam kawah. Pemandu kamipun bercerita bahwa butuh waktu sekitar 6 jam untuk tiba disana dan maksimal maktunya terbatas. Karena hawa belerang yang menyengat merupakan racun bagi tubuh. Itulah sebabnya amat dilarang bagi kami yang belum berpengalaman untuk turun kesana. Kamipun mengurungkan niat kami dan kembali menikmati apa yang bisa kami nikmati. Perjalanan menuntun kami menuju puncak tertinggi hingga akhirnya tiba di puncak merapi. Setelah berfoto-foto dan menikmati puncak merapi kami harus kembali mengulangi perjalanan kemarin menuju tempat kepulangan kami. Perjalanan pulang terasa mudah bagi saya. Namun ternyata setelah tiba di pintu jalur rimau saya merasakan kaki saya bergetar saat menuruni tangga. Setibanya di bawah kami bergegas menyantap minuman hangat dan sarapan pop mie selagi hangat. Ini baik untuk menghangatkan tubuh kami yang lembab. Setelah sarapan dan membersihkan diri kami kembali ke basecamp pemandu kami di dekat pasar pagaralam. Di basecam kami kembali beristirahat. Menikmati makanan yang dihidangkan pemandu dan bersipa untuk pulang. Setibanya di rumah rasa lelah masih terasa. Maklum kami baru saja melalui perjalanan panjang nan melelahkan. Tamat.

Related Posts

2 comments

Post a Comment

Kami menunggu komentar dari kamu :)

Subscribe Our Newsletter